Sunday, March 30, 2014

Terima Kasih Atas Kebodohan Ini Ya Allah

Ilustrasi Ketidaktahuan
Ilustrasi Ketidaktahuan

Terima kasih ya Rabb, segala puji bagi-Mu dengan pujian seluas bumi dan langit-Mu, sehampar ‘Arsy-Mu yang Agung. Kau tunjukkan kebodohan demi kebodohanku walau sekian lama aku geluti Thibb Nabi-Mu. Semakin Engkau ungkap kebodohan itu, semakin nyata kebodohan itu pada hamba-Mu yang lemah. Rabbi zidni ‘ilman wa rzuqni fahman.

Kemaren, Sabtu 29 Maret 2014 aku temukan satu kombinasi sistem insisi yang semoga benar secara ijtihad. Aku bilang penemuan, karena belum aku dengar di antara praktisi hijamah yang mengetengahkan wacana ini. Aku bilang bodoh, karena setelah bertahun-tahun metode ini baru terungkap kemaren.

Subtansi dari metode ini dapat meminimalisir timbulnya scar karena insisi, walau selama ini scar itu pun tidak ada. Tapi setidaknya dengan metode ini, ada acuan anatomis yang menguatkan sistem bekam insisi.

Fa idza ‘azamta fa tawakkal ‘ala Allah. Bersemangat, bersungguh-sungguh, berkemauan yang kuat, membaca dan membaca terus, dan tak lupa tawakkal kepada Allah. Pasti Allah akan memberikan solusi. Sekira kita berazam dan istiqamah pada Sunnah Nabawi, sesuai tuntunan beliau, termasuk dalam perkara hijamah yang mungkin dianggap remeh dan dijadikan polemik, insya Allah dan haqqul-yaqin, Allah akan memberikan makhrajan.

Insya Allah metode ini akan disampaikan dalam pelatihan angkatan 124 di Assabil, 125 di Kedah Malaysia, dan jika diizinkan 126 di Thailand.

Karena metode ini baru ditemukan, kepada para alumni Assabil dapat mengikuti pelatihan pada angkatan mendatang.


الجهل = عدم المعرفة بشيء




Rabbi isyrah li shadri wa yassir lil amri wa hlul uqdatan min lisani yafqahu qauli.


Jangan Lupa Like Fanspage Ust. Kathur Suhardi

Friday, March 28, 2014

Malpraktik Bekam Insisi atau Bekam Sayatan - Bagian 6

Ilustrasi
Malpraktik bekam insisi ini dikonsentrasikan pada munculnya scar, kerusakan jaringan kulit sebagai akibat karena insisi terlalu dalam dan tidak sealur dengan cutis langer, di samping sebab-sebab lain.

Secara personality, scar terjadi karena keminiman pengetahuan pelaku tentang anatomi kulit dan tidak adanya profesionalitas dalam pelaksanaan insisi. Sehingga ada seorang penghijamah yang “mencoba” memasang bisturi ke scalpel/scapel, kulitnya justru berdarah-darah karena tertusuk ujung bisturi. Ini baru praktik penguasaan alat, belum ke praktikum insisi.

Scar juga terjadi karena alat insisi yang tidak steril seperti silet cukur, di samping antisepsi kulit prainsisi yang jauh dari standar medis. Perilaku pembekam yang juga mengabaikan prinsip-prinsip steril dan ketidaktahuan tentang PPI bekam juga punya andil.

Kemudian malpraktik bekam insisi ini dijadikan alasan oleh pihak kontra bekam insisi untuk menghindari, menjauhi, mendiskrediktkan dan menyerang bekam insisi, lalu secara sepihak dibuat kesimpulan bahwa bekam yang paling baik adalah bekam tusukan karena bla bla bla, bukan bekam insisi. Bahkan ada juga yang berani mengklaim, maksudnya benar-benar ada, bahwa bekam yang Nabawi adalah bekam tusukan jarum. Padahal man kadzaba alayya muta’ammidan.... siapa yang buat kedustaan atas namaku (Rasulullah), silahkan ambil tempat duduknya dari api neraka.

Tentang ketakutan pasien terhadap bekam insisi, sudah masuk ke ranah lain karena status mereka yang pasif dan hanya menerima, yang seratus persen terlepas dari perkara profesionalitas. Maka ketakutan mereka juga sangat tergantung dari profesionalitas pembekam dalam mengelola psikologi pasien dan kecenderungan macam mana yang ia lakoni.

Tentang SOP di ABI, maka sebagai lembaga yang menaungi semua pembekam, punya tugas mulia mengakomodir semua versi. Ketua majis syuro dan semua anggotanya berada di barisan paling depan untuk mengawalnya. Tapi sebagai pribadi, maka siapa pun harus tampil sebagai seorang Muslim yang istiqamah melaksanakan Sunnah Nabawi.

Sekali lagi, bekam insisi yang mengalami malpraktik dan mengakibatkan scar, murni karena pembekamnya yang sama sekali tidak profesional. Karena itulah untuk menghindari malpraktik ini sejak awal kami temukan solusinya dengan metode Algophobila Shock Therapy for Incision (ASTFI). Buktinya? Lebih dari 21.000 alumni LKP Assabil sudah mempraktikkannya. Gambarannya, dengan warna kulit normal, antisepsi yang baik dan insisi tipis, rata-rata hari keempat pascabekam, bekas insisi sama sekali tidak tampak.

Ketidaktahuan dan ketidakmampuan individual tentang metode insisi yang baik, dimohon tidak dijadikan alasan penolakan metode insisi, karena itu subyektif. Tentang hal-hal yang berkait dengan teknis, seperti STPT, oknum dinkes yang menolak bisturi, kepmenkes Nomor 1076/MENKES/SK/VII/2003 Bab V pasal 16 ayat 1 dan 2, atau mungkin kendala rekomendasi dari ABI, boleh konsultasi via inbox. Insya Allah aneka prosedur dan bayangan kesulitan sudah dilewati dan tak ada masalah asal punya sedikit kecerdasan. Bahkan Assabil didorong Dinkes untuk naik ke jenjang Klinik Pratama atau Utama, dan dalam proses untuk itu.

Insya Allah di bagian mendatang disampaikan sebagian uraian dalam kitab-kitab kuning kategori syuruh. Agar sinar matahari yang sudah tampak terang semakin terang bagi mereka yang mengharap hidayah Allah. Dan, dan jika antum punya materi ini, monggo di-share pula di Meddis (Media Diskusi) bekam. Karena sampai edisi kelima kemaren, diskusi masih mengandalkan daya pikir dan belum menyentuh ke kajian yang lebih Nabawi.


Jangan Lupa Like Fanspage Ust. Kathur Suhardi

Wednesday, March 26, 2014

Kamera Untuk Foto Iridology dan Sclerology

CANON IXUS 255hs
CANON IXUS 255hs

Kamera keluaran setahun yang lalu ini menurut divisi iridology Assabil, yang paling efektif dari berbagai macam pertimbangan untuk pemotretan iris dan sclera, apalagi bulan ini kayaknya ada diskon lumayan, harga tinggal 2 jt, sebab sebelumnya kita dapat info masih di harga 2.5 - 2.7 jt.

Kami pernah pakai samsung, olympus, sony, lensa makro slr dan bahkan juga pernah pakai iriscope dari Jepang yang harganya hampir 7jt. Alhamdulillah hanya mampu bertahan tak sampai 1 tahun. Maklumlah, satu pasien dijepret 10 kali.

Secara umum dan menurut pengalaman kami, camera ini yang paling pas untuk pemotretan iris dan sclera, apalagi dengan hs (hight sensitivity) yang diusungnya, walau yang lain juga bisa. Apalagi tak lama lagi Assabil akan adakan pelatihan iridology dan sclerology.

Ada info lain?


Jangan Lupa Like Fanspage Ust. Kathur Suhardi

Monday, March 24, 2014

Memiringkan Lancing Device Untuk Bekam

Ilustrasi Lancing Device
Ilustrasi Lancing Device

Sejak awal praktik hijamah di Assabil tak menggunakan lancet, karena sejak awal pula Assabil melaksanakan hijamah benar-benar berdasarkan pendekatan As-Sunnah yang khalis, pure Nabawi. Lupa kapan tepatnya. Tapi kalau tak salah, tahun 2007. Kami berdiskusi dengan satu dua dokter tentang metode tusukan lancet. Berdasarkan pendekatan anatomi kulit, kami mencari formula penggunaan lancet untuk pengeluaran darah hijamah. Kesimpulan dari diskusi ini, kami melakukan tusukan lancet bukan dengan menegakkan lancing device, tapi memiringkannya sekitar 30 - 40 derajat dari permukaan kulit. Metode-metode ini kami sampaikan di pelatihan untuk membandingkan antara metode insisi dan tusukan.

Kami yang tak menggunakan lancet, masih menyempatkan diri mencoba-coba dan bereksperimen tentang penggunaan lancet, sekedar iseng dan coba-coba bagaimana kaifiyahnya yang lebih efektif. Tak tahu, apakah sebelum itu sudah ada yang mencoba cara ini atau belum? Kalaulah kemudian cara ini dijadikan kiat oleh para praktisi bekam yang masih dan hanya menggunakan lancet dan sekaligus sebagai alibi penggunaannya, tentu saja ana tak bisa komentar. Atau adakah yang mau kasih saran atau komentar tentang hal ini?


Jangan Lupa Like Fanspage Ust. Kathur Suhardi