Friday, March 28, 2014

Malpraktik Bekam Insisi atau Bekam Sayatan - Bagian 6

Ilustrasi
Malpraktik bekam insisi ini dikonsentrasikan pada munculnya scar, kerusakan jaringan kulit sebagai akibat karena insisi terlalu dalam dan tidak sealur dengan cutis langer, di samping sebab-sebab lain.

Secara personality, scar terjadi karena keminiman pengetahuan pelaku tentang anatomi kulit dan tidak adanya profesionalitas dalam pelaksanaan insisi. Sehingga ada seorang penghijamah yang “mencoba” memasang bisturi ke scalpel/scapel, kulitnya justru berdarah-darah karena tertusuk ujung bisturi. Ini baru praktik penguasaan alat, belum ke praktikum insisi.

Scar juga terjadi karena alat insisi yang tidak steril seperti silet cukur, di samping antisepsi kulit prainsisi yang jauh dari standar medis. Perilaku pembekam yang juga mengabaikan prinsip-prinsip steril dan ketidaktahuan tentang PPI bekam juga punya andil.

Kemudian malpraktik bekam insisi ini dijadikan alasan oleh pihak kontra bekam insisi untuk menghindari, menjauhi, mendiskrediktkan dan menyerang bekam insisi, lalu secara sepihak dibuat kesimpulan bahwa bekam yang paling baik adalah bekam tusukan karena bla bla bla, bukan bekam insisi. Bahkan ada juga yang berani mengklaim, maksudnya benar-benar ada, bahwa bekam yang Nabawi adalah bekam tusukan jarum. Padahal man kadzaba alayya muta’ammidan.... siapa yang buat kedustaan atas namaku (Rasulullah), silahkan ambil tempat duduknya dari api neraka.

Tentang ketakutan pasien terhadap bekam insisi, sudah masuk ke ranah lain karena status mereka yang pasif dan hanya menerima, yang seratus persen terlepas dari perkara profesionalitas. Maka ketakutan mereka juga sangat tergantung dari profesionalitas pembekam dalam mengelola psikologi pasien dan kecenderungan macam mana yang ia lakoni.

Tentang SOP di ABI, maka sebagai lembaga yang menaungi semua pembekam, punya tugas mulia mengakomodir semua versi. Ketua majis syuro dan semua anggotanya berada di barisan paling depan untuk mengawalnya. Tapi sebagai pribadi, maka siapa pun harus tampil sebagai seorang Muslim yang istiqamah melaksanakan Sunnah Nabawi.

Sekali lagi, bekam insisi yang mengalami malpraktik dan mengakibatkan scar, murni karena pembekamnya yang sama sekali tidak profesional. Karena itulah untuk menghindari malpraktik ini sejak awal kami temukan solusinya dengan metode Algophobila Shock Therapy for Incision (ASTFI). Buktinya? Lebih dari 21.000 alumni LKP Assabil sudah mempraktikkannya. Gambarannya, dengan warna kulit normal, antisepsi yang baik dan insisi tipis, rata-rata hari keempat pascabekam, bekas insisi sama sekali tidak tampak.

Ketidaktahuan dan ketidakmampuan individual tentang metode insisi yang baik, dimohon tidak dijadikan alasan penolakan metode insisi, karena itu subyektif. Tentang hal-hal yang berkait dengan teknis, seperti STPT, oknum dinkes yang menolak bisturi, kepmenkes Nomor 1076/MENKES/SK/VII/2003 Bab V pasal 16 ayat 1 dan 2, atau mungkin kendala rekomendasi dari ABI, boleh konsultasi via inbox. Insya Allah aneka prosedur dan bayangan kesulitan sudah dilewati dan tak ada masalah asal punya sedikit kecerdasan. Bahkan Assabil didorong Dinkes untuk naik ke jenjang Klinik Pratama atau Utama, dan dalam proses untuk itu.

Insya Allah di bagian mendatang disampaikan sebagian uraian dalam kitab-kitab kuning kategori syuruh. Agar sinar matahari yang sudah tampak terang semakin terang bagi mereka yang mengharap hidayah Allah. Dan, dan jika antum punya materi ini, monggo di-share pula di Meddis (Media Diskusi) bekam. Karena sampai edisi kelima kemaren, diskusi masih mengandalkan daya pikir dan belum menyentuh ke kajian yang lebih Nabawi.


Jangan Lupa Like Fanspage Ust. Kathur Suhardi

No comments:

Post a Comment