Saturday, November 7, 2015

Down Syndrome Sembuh Dengan Bekam

Usianya baru 3.5 tahun dengan kasus down syndrome (DS), dengan ciri-ciri khusus secara fisik dan mental. Wajahnya datar, ada lipatan tambahan di ujung mata, jari-jari tangannya gemuk dan pendek, lidahnya lebar, sering menjulurkan lidah, ngiler, bicara tak jelas, tidak responsive. Secara mental, dia memiliki kelambatan yang menonjol dibandingkan anak lain seusianya. Jika Anda punya anak DS, harap diterima hal itu sebagai qadarullah, jangan sekali-kali berharap bahwa anak Anda akan berkembang menjadi anak pinter, apalagi pinter banget. Bahkan jangan berharap akan mampu bersanding dengan siswa lain di bangku sekolah normal. Hal itu sulit dan mendekati mustahil tercapai. Dia perlu dimasukkan ke sekolah khusus untuk anak-anak berkebutuhan khusus, yang biasanya juga tidak banyak membantunya secara pendidikan karakter. Ini bukan karena apa-apa, tapi memang begitulah secara teori. Bahkan tidak sedikit yang semakin lama anak semakin menurun kondisinya, dengan tambahan gangguan penglihatan dan pendengaran.
Lalu siapakah orang tua yang tidak akan terpukul ketika dia memiliki seorang anak yang sejak bayi pun sudah terdeteksi sebagai penderita DS? Bagaimana kehidupannya nanti? Bagaimana hidupnya? Bagaimana masa depannya? Bagaimana jika aku sudah meninggal? Siapa yang akan memelihara dan mengurusnya? Banyak lintasan pikiran yang berkecamuk dalam kepalanya.
Ada apa dengan DS?
DS terjadi pada anak sebagai kelainan genetic, karena kelainan pada cromosom 21. Janin memiliki 23 pasang cromosom dari ayah ibunya, terbagi secara rata, sehingga jumlah totalnya ada 46 cromosom. Anak DS cromosomnya lebih satu, yakni sebanyak 47 buah karena mengalami kelainan (kelebihan) pada cromosom 21. Kalau masing-masing berpadangan ada dua, pada cromosom 21 ada tiga buah.
Kembai ke anak ini, usia 3.5 tahun. Kasus DS. Dengan empat kali bekam, sudah ada perubahan walau belum siginifikan, yaitu lebih konsentrasi, jika dipanggil lebih responsive, lebih banyak maunya.
Orang tuanya juga memasukkannya ke program terapi bicara. Dan hebatnya, petugas tempat terapi bicara itu menyarankan si anak untuk dibekam, sembari menyebutkan nama Assabil. Mengapa? Karena ada salah satu anak DS juga, yang juga mengikuti program terapi bicara di tempat tersebut, setelah dibekam secara rutin, kondisinya nyaris seperti anak normal dan bahkan sudah kuliah dengan program normal sebagaimana mahasiswa lain yang normal.
"Maka atas informasi tersebut, saya datang ke sini Ustadz, agar anak saya ini selanjutnya berkembang sebagaimana anak normal lain," kata ayahnya.
"Amin, ya Rabb," jawab kami, "Cuma memang Bapak harus telaten dan sabar."
"In shaa Allah Ustadz."
"Bapak tahu berapa lama terapi yang dilakukan anak DS yang sekarang kuliah sebagaimana anak biasa tersebut?"
"Tidak," jawabnya.
"Empat tahun," kataku.
Dia sempat terpana dan sedikit kaget. Tapi tak lama kemudian dia tampak dapat menguasai diri.
"Berapa lama jeda waktu kedatangannya?"
"Pada awal mula, seminggu sekali, lalu makin jarang dua minggu sekali, lalu tiga minggu sekali, lalu sebulan sekali, hingga tahun terakhir dia datang sesekali waktu saja."
"In shaa Allah saya akan telaten Ustadz, karena masa depan anak saya jauh lebih penting daripada usaha dan biaya yang harus saya keluarkan," jawabnya dengan mantap.
Ya Allah, ya Rabb, limpahkan kesembuhan kepada anak ini, curahkan kesabaran kepada bapak ibunya, karena Engkaulah Dzat Maha Penyembuh.






No comments:

Post a Comment