Monday, January 20, 2014

Bahaya Bekam di Lutut Belakang - Analisis dan Kesimpulan

Bahaya Bekam di Lutut Belakang
Bahaya Bekam di Lutut Belakang

Sebuah analisis dan kesimpulan

Bahasan ini lanjutan dari 3 edisi posting sebelumnya. Ada yang pro dan ada yang kontra. Itu lumrah dan biasa. Yang tak biasa adanya pasien yang benar-benar mengalami efek paralisis setelah bekam di lutut belakang dari area posterior fossa poplitea.

Di sisi lain, ada praktisi hijamah yang ketagihan membekam pasien di lutut belakang. Karena begitu yakinnya tak berekses negatif. Itu murni berdasarkan pengalaman pribadinya. Alasan semangat mendakwahkan Thibb Nabawi tentu bukan merupakan alasan untuk kasus spesifik, dan alasan pendakwaan mempersulit pelaksanaan Sunnah juga bukan merupakan alasan. Artinya, itu alasan yang terlalu umum. Mungkin praktisi hijamah juga perlu belajar sedikit-sedikit tentang kaidah ushuliyah syar'iyah, biar handal.


Mungkin ada analisis penyebab kelumpuhan karena efusi cairan synovial (bukan enzim lo) melewati membran synovial. Mungkin saja. Wallahu a'lam, perlu penelitian dengan tingkat resiko yang tinggi, karena obyeknya harus benar-benar lutut manusia.


Tapi karena efek negatif (kelumpuhan) berkaitan dengan fungsi motorik di tungkai bawah, berarti dapat dikaji lewat fungsi saraf. Jelasnya kelainan fungsi saraf yang dikaitkan dengan adanya inflamasi saat bekam. Apalagi regenerasi saraf terjadi sangat lamban atau bahkan hampir tak ada. Sensorik atau motorikkah, atau kedua-duanya?


Yang pasti, ada dua kubu yang bertentangan. Pertanyaannya, mana yang benar? Apa alasan laranngan titik bekam ini?
Ini merupakan rintisan pemikiran yang diharapkan memberikan bekal pencerahan kepada semua praktisi hijamah tanpa kecuali.


Ini baru prolog. Uraiannya (naskah 5 halaman), silahkan baca di assabil-holyholistic.com, relatif lengkap, beserta kajian anatomis, saraf sensorik, kesimpulan, saran-saran, dll


Yang pasti, sejak awal team Assabil beserta para alumninya (lebih dari 21.000) tak pernah membekam dan dianjurkan bekam di titik lutut belakang, karena sejak awal pula sudah ada pendekatan kajian anatomis fisiologis, kecuali yang terlalu kreatif dan pemberani. Wallahu a'lam.

Ini bahan diskusi, ruang bertukar pendapat, rintisan pemikiran (ketimbang tak ada yang memulai) dan diharapkan bermanfaat bagi praktisi hijamah, pasien dan umat. Kebenaran hanya berasal dari Allah semata.


Jangan Lupa Like Fanspage Ust. Kathur Suhardi

No comments:

Post a Comment